Kain Tenun
Kain Tenun Sekang merupakan salah satuwarisan leluhur di Indonesia yang berasal dari suku Bugis, Sulawesi Selatan. Seperti namanya, kain tenun ini berasal dari Kota Sengkang yang berjarak 191 km dari kota Makassar.
Tenun sutera Sengkang mempunyai aneka motif khas Makassar dengan warna yang cerah. Tidak hanya di Sulawesi Selatan dan Indonesia, warisan leluhur ini cukup terkenal hingga ke mancanegara seperti negara Malaysia dan Singapura.
Bahan Dasar Untuk Membuat Kain Tenun Sengkang
Kain Tenun Sengkang berbahan dasar kepompong dari ulat sutra yang kemudian diolah secara manual (tidak menggunakan mesin) atau ATMB (Alat Tenun Bukan Mesin). Artinya pembutannya digerakkan oleh tangan-tangan manual, tenaga manusia.
Kepompong sebagai bahan untuk membuat kain ini dihasilkan dari ulat sutra yang dibudidayakan oleh masyarakat menggunakan tanaman Murbey (morus. sp). Kepompong yang telah dipanen kemudian diolah dengan beberapa tahapan.
Mulai dari tahap pemintalan dan pewarnaan yang kemudian diubah menjadi benang sebagai bahan dasar kain sutera. Tanaman Murbey sebagai media untuk ulat sutra sendiri banyak dijumpai di kota kabupaten sehingga pembudidayaannya dapat dilakukan di daerah ini.
Fungsi dan Kegunaan Kain Tenun Sengkang
Kain Sutra Sekang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan penting, termasuk upacara adat, pesta pernikahan, hingga kegiatan resmi pemerintahan.
Sejarah Kain Tenun Sutra Sengkang
Menurut cerita turun temurun dan beberapa literatur, kain tenun sutra Sengkang telah ada sejak ratusan tahun silam. Kain tenun ini sudah ada sejak abad ke 14 di Kabupaten Wajo. Namun pada saat itu, terbatas pada pembuatan untuk pemakaian sendiri. Bukan untuk komoditi dagangan.
Misalnya saja seseorang ingin melakukan hajatan pernikahan, itu biasanya anak-anak perempuan diminta orang tua untuk menenun sarung. Apakah untuk dipakainya sendiri atau dipakai orang tuanya. Sehingga belum menjadi komoditi dagangan, hanya dipakai sendiri.
Sejarah kain tenun sutra Sengkang tidak dapat dipisahkan dari peran perempuan Bugis dari keluarga. Orang tua suku Bugis zaman dulu menjadikan kain tenun sutra sebagai salah satu cara dalam mendidik anak perempuan mereka.
Agar supaya perempuan-perempuan ini bisa menjaga diri, terhindar dari pada hal-hal negatif sehingga lebih banyak dianjurkan untuk tinggal dirumah untuk menenun. Akhirnya menjadi tradisi dan budaya pada masyarakat Bugis, khususnya di Kabupaten Wajo ini setiap perempuan wajib pandai menenun.
Terimakasih,bu fitri atas materinya yg jelas dan mudah di pahami
BalasHapusTerimakasih bu atas materinya
BalasHapusTerimakasih bu atas materinya yg mudah untuk di pahami
BalasHapusTerimaksih bu atas materinya yg jelas.
BalasHapusTerimaksih bu materinya
BalasHapus